Friday, August 2, 2013

Gejala & Cara Mengatasi Alergi Protein Susu Sapi

bayi minum susu

Alergi protein susu sapi merupakan salah satu jenis alergi susu pada bayi, alergi ini biasa dikenal sebagai alergi susu sapi. Pada waktu anak-anak mencapai umur 2-3 tahun, mereka menjadi resisten terhadap alergi. Namun, kebanyakan anak-anak menghadapi masalah ini. Baik anak-anak yang diberi ASI maupun susu formula mungkin menderita alergi ini.

Dalam kasus anak-anak yang diberi ASI, susu sapi yang dikonsumsi ibu mengarah pada pentransferan protein ke anak. Tapi anak-anak yang diberi ASI tidak rentan terkena masalah alergi ini. Dalam beberapa kasus, anak-anak hanya peka terhadap alergi selama menyusui dan kemudian mengembangkan alergi ketika mereka benar-benar mengkonsumsi susu sapi.


Gejala Alergi Protein Susu Sapi


Para bayi yang menderita alergi protein susu sapi menunjukkan gejala seperti eksim atau ruam kulit, muntah, sakit perut, atau diare. Reaksi alergi yang serius yang ditunjukkan oleh bayi alergi dikenal sebagai anafilaksis. Gejala anafilaksis adalah pembengkakan lidah dan mulut yang membuat kesulitan bernafas. Tanda-tanda lain seperti muntah parah, ruam gatal, gatal-gatal, atau kemerahan yang terlihat selama reaksi anafilaksis. Anafilaksis, jika diabaikan, dapat menjadi fatal.

Sangat penting untuk dikonfirmasi oleh seorang dokter atau ahli kesehatan apakah bayi terkena alergi protein susu sapi atau penyakit lain. Karena beberapa gejala alergi seperti muntah, ruam kulit, dan diare; merupakan gejala yang umum di antara banyak masalah kesehatan lain.


Cara Mengatasi Alergi Protein Susu Sapi


Perawatan untuk anak yang masih diberi ASI termasuk membatasi asupan produk susu bagi anak serta ibu. Pola makan sehat dan bebas susu dianjurkan untuk bayi. Beberapa anak diberi makan dengan pola makan yang mengandung susu formula. Dokter menyarankan formula hidrolisat atau berbasis kedelai untuk anak-anak tersebut.

Ada kemungkinan anak mengembangkan alergi parah terhadap susu. Dalam kasus demikian, obat-obatan bersama dengan pola makan yang dianjurkan harus diberikan kepada anak-anak. Obat-obatan tersebut hanya perlu digunakan jika anak mengkonsumsi produk susu secara tidak sengaja.

Produk susu tidak boleh diberikan kepada bayi untuk 12-18 bulan pertama. Dokter melakukan check-up setiap 6 bulan untuk melihat apakah anak telah mengembangkan alergi. Hanya setelah konfirmasi tidak adanya alergi baru dapat dianggap aman untuk memberikan susu kepada anak. Jadi, jangan berikan susu sebelum tes alergi dilakukan. Reaksi anafilaksis tidak boleh diabaikan.

Penyebab utama alergi protein susu sapi, tentunya seperti namanya yakni kehadiran protein dalam susu. Dengan demikian, produk-produk susu harus dihilangkan dari pola makan. Dibawah ini merupakan daftar produk-produk susu berbeda :
  • Setiap jenis makanan yang mengandung susu sapi termasuk kering, skim, diuapkan(evaporated), susu padat, atau susu kental tidak boleh dikonsumsi.
  • 'Lactaid', produk berbasis susu yang satu ini tidak boleh diberikan. Lactaid ini dianjurkan bagi orang yang memiliki intoleransi terhadap laktosa, namun lactaid ini masih mengandung protein yang menyebabkan alergi.
  • Produk susu seperti yogurt, keju, es krim, mentega, dan margarin; tidak boleh diberikan kepada anak-anak. Beberapa margarin mengandung susu sebagai bahan sehingga perlu untuk dihindari.
  • Banyak produk kedelai beku yang tersedia di pasaran mengandung susu. Jadi, anda harus berhati-hati sebelum membeli produk makanan untuk anak-anak.
  • Sereal campuran yang mengandung susu dalam bentuk bubuk.

Setiap masalah kesehatan yang berhubungan dengan anak-anak harus dipantau secara seksama. Fakta bahwa anak-anak belum dapat berbicara dan menjelaskan setiap masalah membuat orang tua perlu untuk selalu waspada. Alergi yang disebabkan oleh protein susu sapi merupakan masalah kesehatan jangka pendek, oleh karena itu orang tua harus terus berhati-hati sampai anak cukup besar.

Image courtesy of nellyy