Sunday, April 13, 2014

Teori Lempeng Tektonik



Teori lempeng tektonik menjelaskan mengenai pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada lapisan luar Bumi. 225 juta tahun lalu hanya terdapat satu benua yang disebut Pangaea. Pangaea terpecah menjadi sejumlah benua akibat panas yang terkumpul di bawah benua tersebut. Daerah di antara sejumlah benua tersebut dipenuhi oleh lautan. Benua-benua tersebut terus bergeser hingga mencapai posisinya saat ini. Sampai saat ini, benua-benua masih terus bergerak.

Bagian terluar bumi terdiri atas 2 lapisan, yakni litosfer dan astenosfer. Astenosfer terdapat di bagian bawah litosfer. Astenosfer memiliki viskositas dan kekuatan geser yang relatif rendah sehingga dapat mengalir seperti cairan pada skala waktu geografis. Litosfer terdiri atas kerak dan mantel atas yang bersifat kaku/rigid. Lapisan ini terbagi-bagi atas lempeng-lempeng tektonik yang terus bergerak relatif terhadap satu sama lain.



Berdasarkan batas lempeng, pergerakan lempeng dibedakan menjadi 3, yakni batas transform, batas divergen/konstruktif, dan batas konvergen/destruktif. Lempeng bergerak dengan kecepatan kurang lebih 50-100 mm per tahunnya. Gempa bumi, letusan gunung berapi, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudra biasanya terjadi pada batas-batas antar lempeng tektonik.

  • Batas Transform
    Batas transform juga dikenal sebagai batas konservatif, ini terjadi ketika lempeng-lempeng bergeser atau bergesekan melewati satu sama lain di sepanjang sesar transform (transform fault). Pergerakan ini bisa terjadi secara sinistral (sisi kiri ke arah pengamat) atau dextral (sisi kanan ke arah pengamat). Berdasarkan ilmuwan John Tuzo Wilson, lempeng-lempeng tidak dapat meluncur melewati satu sama lain karena adanya gesekan. Tekanan terkumpul di antara lempeng-lempeng yang secara bertahap mencapai tingkat tertentu di atas batas ketegangan. Berdasarkan reologi batuan, ketegangan dapat akumulatif atau instan/seketika. Gempa bumi adalah fenomena umum yang terjadi bersamaan dengan batas transform, ini disebabkan oleh energi yang dilepaskan seketika.

  • Batas Divergen
    Batas divergen/konstruktif terjadi ketika dua lempeng bergeser menjauh satu sama lain. Ruang yang dihasilkan akan terisi oleh materi kerak baru yang berasal dari magma cair yang terbentuk dibawahnya. Asal muasal batas ini pada pertemuan 3 lempeng biasa dihubungkan dengan fenomena hotspot. Berdasarkan fenomena ini, sel konvektif besar membawa sejumlah besar materi astenosfer panas dekat permukaan, dan energi kinetik yang dihasilkan cukup untuk memecah litosfer.

  • Batas Konvergen
    Batas konvergen terjadi ketika dua lempeng bergeser ke arah satu sama lain membentuk zona subduksi (jika satu lempeng bergerak ke bawah yang satunya lagi) atau tabrakan benua (jika 2 lempeng mengandung kerak benua). Palung laut yang dalam biasanya berhubungan erat dengan zona-zona subduksi. Lempeng yang tersubduksi tersusun atas banyak mineral hidrat yang melepaskan air ketika dipanaskan, menyebabkan mantel meleleh dan menghasilkan aktivitas vulkanik.

Sampai saat ini para ilmuwan belum dapat menemukan apa yang menggerakan lempeng-lempeng tektonik, meski mereka sudah membuat banyak teori-teori. Salah satu teori yang telah dibuat adalah konveksi di bawah mantel bumi mendorong lempeng-lempeng, mirip seperti udara yang dipanaskan naik ke atas dan dibelokkan ke samping ketika mencapai langit-langit.