Saturday, September 14, 2013

Kenali Manfaat & Jenis-Jenis Antibiotik

Antibiotik adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri pada tanaman, hewan, dan manusia. Antibiotik ini sudah ada sejak sekitar tahun 1930. Ada beberapa jenis antibiotik, yang masing-masing diresepkan dokter untuk mengobati infeksi tertentu.

Antibiotik hanya dapat melawan infeksi bakteri, antibiotik tidak bekerja terhadap infeksi virus seperti flu, masuk angin, sakit tenggorokan, gondok, bronkitis, dll.

Antibiotik yang diambil untuk mengobati infeksi virus justru dapat membahayakan tubuh. Karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus tersebut tidak terpengaruh, dan meningkatkan kemungkinan bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik.

Ini sebabnya setiap orang perlu mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter dengan hati-hati saat menggunakan antibiotik.

Penisilin merupakan antibiotik pertama, yang ditemukan secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming. Saat ini sudah ada lebih dari 100 jenis antibiotik berbeda yang digunakan oleh dokter untuk mengobati infeksi dari ringan sampai infeksi yang parah.


Jenis-Jenis Antibiotik :

Diantara lebih dari 100 antibiotik yang sudah ditemukan, hanya beberapa yang sudah terbukti aman dan efektif. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan antibiotik, salah satu cara adalah dengan memisahkan antibiotik berdasarkan tindakan mereka terhadap bakteri, yang merupakan spektrum luas atau spektrum sempit.

Namun disini kita akan membahas klasifikasi antibiotik berdasarkan pada struktur kimia. Kelas-kelas antibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur kimia antara lain:
  1. Penisilin
    Penisilin adalah antibiotik yang menghancurkan dinding sel bakteri ketika bakteri dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri atas penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafcillin.

    Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll. Ada orang yang alergi terhadap penisilin, bahkan sampai mengakibatkan ruam atau demam, yang disebabkan karena hipersensitivitas terhadap antibiotik. Seringkali penisilin diberikan bersama dengan antibiotik lainnya.

  2. Sefalosporin
    Kelompok antibiotik ini meliputi agen bakterisida seperti sefadroksil, cephapirin, cephradine, cefazolin, sefaleksin, dan sefalotin. Sefalosporin sama seperti penisilin, menggangu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi.

    Namun, antibiotik ini dapat mengobati lebih banyak jenis infeksi bakteri, serta bisa digunakan untuk mengobati infeksi yang tidak dapat diobati dengan penisilin seperti meningitis, gonorrhea, dll. Biasanya orang yang alergi terhadap penisilin juga alergi terhadap antibiotik ini. Ruam, diare, kram perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.

  3. Aminoglikosida
    Antibiotik ini menghambat pembentukan protein pada bakteri yang menyerang. Antibiotik ini meliputi gentamisin, streptomisin, dan neomisin.

    Karena aminoglikosida efektif dalam menghambat produksi protein dari sel-sel bakteri, antibiotik ini digunakan untuk mengobati tifus, pneumonia, serta penyakit lain yang disebabkan bakteri.

    Meskipun antibiotik ini dapat secara efektif mengobati infeksi bakteri, bakteria dapat dengan cepat kebal terhadap antibiotik ini. Antibiotik ini biasa diberikan bersama dengan penisilin atau sefalosporin. Aminoglikosida efektif dalam mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun antibiotik ini dapat melemahkan fungsi ginjal dan hati.

  4. Makrolid
    Antibiotik ini juga bekerja dengan menggangu pembentukan protein pada bakteri, dengan mencegah biosintesis protein. Antibiotik ini biasa diberikan pada pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin.

    Makrolid meliputi azitromisin, klaritromisin, dan eritromisin. Makrolid dapat digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll. Lambung tidak nyaman, mual, dan diare adalah beberapa efek samping yang dapat diakibatkan oleh makrolid.

    Wanita hamil atau menyusui tidak diberikan makrolid. Untuk pasien lanjut usia, makrolid ini perlu diberikan secara hati-hati karena dapat merusak hati dan ginjal.

  5. Sulfonamid
    Antibiotik ini berfungsi mirip dengan penisilin. Obat ini efektif dalam mengobati infeksi ginjal, tapi obat ini juga memiliki efek berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien perlu minum air yang banyak.

  6. Fluoroquinolones
    Antibiotik ini meliputi ciprofloxacin, enoxacin, levofloxacin, norfloksasin, dan ofloksasin. Fluoroquinolones ini merupakan satu-satunya antibiotik yang dapat secara langsung menghentikan sintesis DNA pada bakteri. Karena antibiotik ini dapat diserap dengan mudah oleh tubuh, antibiotik ini juga dapat diberikan secara oral.

    Antibiotik ini dianggap relatif aman dan biasa digunakan untuk mengobati infeksi kandung kemih dan infeksi saluran pernapasan. Namun, diketahui bahwa antibiotik ini dapat mempengaruhi perkembangan tulang, karena itulah antibiotik ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak dan wanita hamil. Selain itu antibiotik ini juga dapat memberikan efek samping seperti mual, muntah-muntah, dan diare.

  7. Tetrasiklin
    Tetrasiklin meliputi doxycycline, minocycline, dan tetrasiklin. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi pada telinga tengah, saluran pernapasan, saluran kemih, dll.

    Tetrasiklin dapat menyebabkan efek samping seperti gangguan perut dan sensitif terhadap cahaya. Selain itu orang dengan masalah hati perlu hati-hati dalam menggunakan tetrasiklin karena dapat memperburuk masalah.

  8. Polipeptida
    Polipeptida meliputi bacitracin, polimiksin B, dan colistin. Polipeptida ini cukup beracun, karena itulah hanya digunakan pada permukaan kulit saja. Ketika disuntikkan ke dalam kulit, antibiotik ini dapat memberikan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.

Dokter meresepkan antibiotik berdasarkan jenis infeksi yang ada. Selain itu dokter juga memeriksa sensitivitas pasien terhadap antibiotik, kemudian memilih jenis antibiotik secara hati-hati.

Efektivitas juga bergantung pada seberapa baiknya obat terserap dalam aliran darah, berapa banyak obat memasuki cairan tubuh, dan seberapa cepat tubuh menghilangkan obat. Selain itu, dokter tentunya juga memilih jenis antibiotik yang paling tepat berdasarkan efek samping, reaksi alergi, dan biaya obat.

Image by Michael Mortensen, via Flickr